OTS Hari Juang POLRI Yang Ke - 80, Nyengkuyung Perupa Mojokerto.


Ketua Penyelenggara dari Triloka Garda Nuswantara Wahyudi Saat Selesai Giat Bersama Komunitas di Loji Belanda. 

NEW JURNALIS.Com
- Mojokerto 
Hari juang polri merupakan sebuah spirit tersendiri bagi para polisi republik Indonesia khususnya, Tak ketinggalan segenap para pegiat seni budaya Mojokerto, Purnawirawan polri dll yang ternyata merespon dengan baik momen bersejarah ini.


Sejumlah kurang lebih 50 pelukis dewasa dan pelukis muda baik perupa pria maupun wanita dari berbagai komunitas di Mojokerto dan luar kota akan menggebrak melalui goresan goresan indahnya di kanvas yaitu dengan menggelar OTS melukis bersama dalam memperingati hari juang polri tsb.

Kegiatan yang akan dilaksanakan hari minggu 24 Agustus 2025 jam 08.00 WIB s/d selesai di loji belanda (coffe sapu lidi) yang terletak persis didepan polsek pacet ini akan menginspirasi dan mengingatkan bagi para generasi muda bahwasannya kita bangga dengan para pahlawan yang rela berjuang demi bangsa negara tercinta ini.

"Kami dari Triloka Garda Nusantara selaku ketua penyelenggara sengaja memberikan undangan baik dan akan terus berupaya berkoordinasi dengan para perupa agar kedepannya kegiatan semacam ini terus bisa berlanjut dan membawa manfaat bersama tentunya bagi seluruh masyarakt luas," Tegas Wahyudi ketua penyelenggara.

Diantaranya yang bakal memeriahkan acara OTS hadir komunitas perupa Dolor Mojokerto , ASRM Mojokerto, Komunitas PSM Mojokerto, Sanggar Seni Dennyar Mojokerto, KOPI Jombang, Komunitas STW Sidoarjo, Komunitas Gresik dan masih ada perupa perupa lainnya yang akan beraksi di momen bersejarah ini.

Wahyudi dalam Musyawarah Kegiatan Hari Juang Polri yang Ke - 80 2025.

"Atas dasar inspirasi sumber primer sejarah perjalanan Komjen Moehamad Jasin Komandan tahun 1945 Polisi istimewa Surabaya yang pernah singgah di Pacet dalam memperkuat satuan tempur untuk melawan Belanda yang membonceng sekutu, Asumsinya Loji (Bangan bergaya kolonial Belanda pada masa penjajahan) inilah sebagai saksi bisu betapa patriotiknya pertemuan melawan penjajahan di Pacet yang ingin kembali ke tanah air," Tambah Wahyudi yang juga sebagai dosen teater STKW Surabaya tsb.