Penobatan Paku Buwono XIV "Purbaya" di Keraton Surakarta: Upacara Sakral yang Menegaskan Tradisi Jawa
![]() |
| Penobatan Paku Buwono XIV "Purbaya" di Keraton Surakarta: Upacara Sakral yang Menegaskan Tradisi Jawa |
SOLO | Jumenengan Nata Bhinayangkare untuk Gusti Purbaya sebagai Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) XIV di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat telah resmi berlangsung dengan khidmat pada Sabtu, 15 November 2025. Ini menjadi momen penting dalam melanjutkan dinasti Mataram di tengah nuansa berkabung pasca-wafatnya PB XIII. Berikut ringkasan lengkap berdasarkan update terkini dari berbagai sumber terpercaya.
Latar Belakang dan Suksesi
Konteks Wafat PB XIII: Prosesi ini menyusul wafatnya Sri Susuhunan Paku Buwono XIII (lahir 28 Juni 1948) pada 2 November 2025 akibat komplikasi penyakit. Beliau naik tahta sejak 2004 dan dikenal sebagai penjaga tradisi Jawa yang kuat. Putra bungsunya, KGPAA Hamengkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram atau Gusti Purbaya, ditetapkan sebagai putra mahkota sejak 2023. Pada 5 November 2025, Gusti Purbaya sudah mengucapkan ikrar awal di hadapan jenazah ayahandanya, menyatakan dirinya naik tahta dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIV.
Konflik yang Dibayangi: Suksesi ini sempat dikonflikkan, terutama setelah Gusti Purbaya mengukuhkan diri sebagai raja baru sesaat sebelum pemakaman PB XIII. Ada isu dualisme dengan pihak lain, seperti tudingan terhadap Gusti Mangkubumi sebagai "pengkhianat" oleh juru bicara keraton. Namun, upacara kemarin menegaskan legitimasi Gusti Purbaya sesuai paugeran adat.
Jalannya Upacara
Upacara berlangsung sesuai pakem tradisi Keraton Surakarta, dengan penyesuaian karena masa berkabung (tanpa tarian Bedhaya Ketawang). Berikut kronologi utama:
Pukul 10.00 WIB: Gusti Purbaya memasuki Dalem Ageng secara tertutup untuk persiapan sakral.
Pukul 10.49 WIB: Upacara Keprabon Dalem menuju Siti Hinggil, di mana gamelan keraton seperti di Bangsal Wisomarso Kiwo dimainkan untuk suasana mistis.
Puncak: Pembacaan Sabda Dalem: Di Watu Gilang (Siti Hinggil), PB XIV membacakan ikrar resminya dalam bahasa Jawa Kuno:
Ing Watu Gilang iki, Ingsun hanetepake nggenteni kalenggahane Kanjeng Rama Sinuhun Pakoe Boewono XIII, minangka Sri Susuhunan ing Karaton Surakarta Hadiningrat.
(Artinya: "Di Watu Gilang ini, saya menyatakan bahwa saya akan menggantikan Yang Mulia Raja Paku Buwono XIII sebagai Sri Susuhunan di Keraton Surakarta Hadiningrat.") Ia juga bersumpah tiga janji: melestarikan budaya Jawa, setia kepada NKRI, dan memajukan Keraton Surakarta.
Pukul 12.00 WIB: Kirab Pusaka: Puncak visual dengan Kirab Kereta Kencana Garuda, di mana PB XIV naik kereta emas khas raja. Rute meliputi: Sasana Sumewa – Alun-alun Lor – Gladag – Telkom – Loji Wetan – Perempatan Baturana – Perempatan Gemblegan – Kusumasari (Nonongan) – kembali ke Pagelaran. Kirab selesai pukul 14.00 WIB, diikuti jabat tangan dengan keluarga, kerabat, dan tamu undangan.
Penutup: Panitia Jumenengan, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani (putri PB XIII dan juru bicara), menegaskan seluruh prosesi "sangat sesuai paugeran" dan telah disiapkan lama. Beliau juga menekankan komitmen keraton untuk tetap bersama Indonesia.
Signifikansi dan Dampak
Pemeliharaan Tradisi: Penobatan ini memperkuat peran Keraton Surakarta sebagai pusat budaya Jawa, melestarikan warisan dinasti Mataram. Di tengah modernisasi, PB XIV diharapkan mendorong pariwisata dan pendidikan adat.
Respons Masyarakat: Ribuan warga menyaksikan kirab, menunjukkan antusiasme tinggi. Namun, isu konflik internal masih menjadi sorotan, meski upacara kemarin berhasil meredamnya.
Gelar Lengkap: Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Senopati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama kang Jumeneng Kaping 14.
