Candi Tertua di Mojokerto: Arkeolog Mulai Ekskavasi Candi Brahu!

Candi Tertua di Mojokerto: Arkeolog Mulai Ekskavasi Candi Brahu! ( Poto: Cak Lubis / newjurnalis )


MOJOKERTO | NewJurnalis.com - Sejumlah arkeolog dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XI Jatim mulai melakukan ekskavasi Candi Brahu yang disebut merupakan candi tertua di Mojokerto. Para arkeolog berburu pagar keliling candi peninggalan Raja Medang, Dyah Sindok pada 939 masehi tersebut.

Titik ekskavasi berada sekitar 50 meter di sebelah selatan Candi Brahu, di Dusun/Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Lokasi penggalian itu berada di kebun jati milik warga yang sudah dibebaskan BPKW XI Jatim pada 2024. Sehingga titik ekskavasi tersebut berada di luar area Candi Brahu saat ini.

Ekskavasi Candi Tertua di Mojokerto

Ketua Tim Ekskavasi Candi Brahu, Muhammad Ichwan menjelaskan ekskavasi yang didanai BPKW XI Jatim ini digelar mulai 13 Mei hingga 28 Mei. Pihaknya mengerahkan 32 personel untuk menggali seluas 180 meter persegi atau sekitar 30 kotak gali.

Tenaga ekskavasi itu terdiri dari 4 orang arkeolog, tenaga teknis, serta tenaga pembantu lapangan. Penggalian arkeologi bakal dilakukan hingga kedalaman 1 meter sampai 1,5 meter dari permukaan tanah.

"Ekskavasi ini untuk mendapatkan yang kami duga pagar keliling Candi Brahu," ujarnya kepada wartawan di lokasi ekskavasi, Kamis (15/5/2025).

Alasan Ekskavasi

Ekskavasi Candi Brahu ini, lanjut Ichwan, didasari penemuan struktur kuno pada 2014. Bangunan berbahan bata merah ini pernah diteliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Panjangnya 5 meter dari barat ke timur, tinggi yang tersisa sekitar 30 cm, dengan lebar sekitar 70 cm.

Struktur purbakala di sawah warga ini diduga sisa-sisa pagar keliling Candi Brahu. Sebab dimensi bata penyusunnya mempunyai kemiripan dengan Candi Brahu yaitu sekitar 40x30x9 cm. Oleh sebab itu, ekskavasi fokus di sebelah timur struktur ini untuk menemukan kelanjutannya.

"Struktur memanjang barat ke timur. Dari ukuran batanya hampir sama dengan penyusun Candi Brahu. Pada beberapa tes pit kami dapatkan indikasi pagar keliling," terangnya.

Lebih Tua dari Petirtaan Jolotundo

Dia menjelaskan bahwa berdasarkan Prasasti Alasantan yang ditemukan di sekitar Candi Brahu, candi ini dibangun di masa Raja Medang, Mpu Sindok yakni pada 861 saka atau 939 masehi dengan nama Waharu atau Warahu.

Sebab itulah, Candi Brahu disebut menjadi yang tertua di Mojokerto karena mayoritas candi yang ditemukan di daerah ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang berdiri 1293 masehi.

Umur Candi Brahu ini bahkan disebut mengalahkan Petirtaan Jolotundo di Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto. Merujuk pada pahatan angka tahun 977 masehi di bangunannya, petirtaan suci tersebut dibangun pada masa Ratu Sri Isyana Tunggawijaya, yang merupakan putri dar Mpu Sindok.

Istri Sri Lokapala itu memimpin Kerajaan Medang sejak 947 masehi, sedangkan Mpu Sindok menduduki tahta sebagai Raja Medang periode Jatim sekaligus pendiri Wangsa Isyana.

"Prasasti Alasantan menjelaskan sima untuk pendirian candi ini dan lahannya bebas pajak, masyarakat (zaman itu) memelihara candi ini," ungkapnya.

Fungsi Candi Brahu

Candi Brahu berdenah bujur sangkar menghadap ke barat. Candi tertua di Mojokerto ini seluas 18x22,5 meter persegi dengan tinggi mencapai 20 meter. Pemugarannya dimulai 1990 sampai tuntas tahun 1995. Hingga saat ini belum terungkap siapa sosok raja yang didarmakan di candi ini.

"Pada umumnya untuk peribadatan, para ahli sepakat candi ini berlatar Agama Buddha," ujar Ichwan.

Oleh masyarakat, Candi Brahu dipercaya tempat menyemayamkan abu para raja Majapahit. Namun, para peneliti tidak pernah menemukan abu dari jasad manusia di candi ini.

"Abu-abu yang diteliti di candi menunjukkan itu abu binatang. Jadi, candi bukan untuk menyimpan abu raja. Namun, untuk mendarmakan atau menghormati raja," tandas Ichwan.