Mengunjungi Museum Gubug Wayang Mojokerto, Seperti Kembali ke Masa Lalu
![]() |
Mengunjungi Museum Gubug Wayang Mojokerto, Seperti Kembali ke Masa Lalu | Poto: M.Nuri |
MOJOKERTO – Memasuki Museum Gubug Wayang di Mojokerto, Anda akan merasakan sensasi seolah-olah kembali ke masa lalu. Ribuan pasang mata dari berbagai bentuk dan karakter wayang seakan hidup, siap menceritakan kisah di balik setiap ukiran.
Sambutan hangat diberikan oleh senyum di balik kumis karakter Pak Raden dibuat sebagai replika di halaman depan museum. Di belakangnya, terdapat relief dari batu andesit, gambar wayang dari lontar, dan wayang beber dari kanvas menjadi ucapan selamat datang. Pengelola dan petugas museum menyambut pengunjung dengan ramah sambil mempersilakan berganti alas kaki dengan sandal khusus untuk memasuki area museum beralaskan karpet merah.
Di dalam, beragam koleksi wayang tertata rapi. Salah satunya adalah Wayang Potehi, wayang golek ala Tiongkok yang dibawa masuk ke Nusantara oleh para perantau. Wayang Potehi yang berarti 'wayang kantong' ini menceritakan kisah para dewa Tiongkok dan kini banyak diproduksi lokal, salah satunya di daerah Goda, Jombang. Wayang ini sering dipentaskan saat perayaan tertentu bagi umat Konghucu.
Berbagai wayang golek dan wayang kulit dari versi lokal juga dipamerkan. Wayang kulit dari Dalang Ki Timbul Yogyakarta bahkan diserahkan langsung untuk menjadi koleksi museum ini. Setiap benda dipajang dilengkapi dengan penjelasan detail dan kode batang ( barcode ) untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi lebih lengkap. Koleksi wayang kulit yang ada meliputi versi Jogja, Solo, Banyumasan, Cirebon, Tegal, dan wayang kulit versi Jawa Timuran yang dikenal dengan sebutan Wayang Cekdong.
Menurut Cak Eko, salah satu staf museum, tujuan utama museum ini adalah untuk melestarikan, merawat, dan menjaga warisan budaya leluhur. “Museum ini menjadi media pendidikan nonformal tentang sejarah dan nilai-nilai luhur dari karya hebat para pujangga masa lalu,” jelas Cak Eko yang mengenakan udeng sebagai simbol budaya Nusantara.
Ia menambahkan bahwa pesan tersirat dari kisah pewayangan bersifat universal mengajarkan tentang budi pekerti dan jati diri bangsa. Banyak pelajar dari tingkat TK hingga perguruan tinggi sudah mengunjungi museum ini untuk belajar sejarah pewayangan.
Tags:
DUTA BUDAYA