Ngayah Sakral di Trowulan: Piodalan Pura Majapahit Diwarnai Tari Topeng Sidakarya dari Bali
![]() |
| Mangku Pande Made Suarsana penari Topeng Sidakarya Bali. Trowulan 28/10 /2025. Foto:Nuri. |
Mojokerto, Kamis 30 Oktober 2025. Newjurnalis.com. Ritual hari tertentu dalam masyarakat Hindu sangat banyak dan berbeda tujuannya. Selain Hari Raya Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagarwesi, dan Nyepi. Salah satunya adalah yang disebut Piodalan atau Odalan, yang berarti Wedhal atau Lahir memperingati berdirinya Pura atau tempat suci.Piodalan mengacu pada tahun Saka, acaranya bisa dilaksanakan satun sekali atau enam bulan sekali, dalam hal ini beda Pura beda pula waktu pelaksanaanya.
Pada hari Rabu 29 Oktober 2025 telah dilaksanakan Piodalan di Pura Majapahit Trowulan Mojokerto, acara dimulai jam 09.00 wib sampai selesai. Ngayah atau ritual itu dipimpin oleh Romo Pandita Putu Sutama dan dihadiri umat Hindu Sedharma dari Mojokerto, Jombang, Gresik,Blitar dan dari semeton Bali. Tarian dan gamelan adalah sarana upacara yang tidak bisa ditinggalkan dalam ritual adat umat Hindu. Salah satu Tari Topeng Sidakarya yang perannya sangat penting bagi keseluruhan rangkaian upacara Piodalan.Gamelan Jawa dan peraganya hadir dari salah satu Pura di Blitar.
![]() |
| Romo Pandito Putu Sutama pimpin upacara Piodalan Trowulan 28/10 /2025.Foto:Nuri. |
Hadir Penari Topeng Sidakarya dari Bali beserta rombongan sudah tiba di Pura Majapahit Trowulan sejak hari Selasa 28 Oktober 2025, kehadiran sebelum acara dengan tujuan agar bisa mempersiapkan keperluan ritual dengan tenang dan rapi. Mangku Pande Made Suarsana BA. S. Pd, M.Si kelahiran 6 Oktober 2058 di Bangli ini adalah seorang pensiunan PNS yang sekarang berkediaman di Buleleng Bali. Sangat konsisten dengan Tari Topeng Sidakarya karena disetiap Ngayah atau ritual tarian adalah saksi dan penyempurna dari ritual adat tersebut terutama Tari Topeng Sidakarya dalam upacara Piodalan.
Saya sangat merinding di upacara Piodalan kali ini, karena setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Merah Putih Bali ada Burung Garuda hinggap diatas pohon dekat menara, berarti Sang Hyang Widhi Wasa dan leluhur merestui menerima ritual kami, kata seorang ibu tamu dari Bali sambil menahan airmata.

