Gempa Magnitudo 7,7 Guncang Myanmar dan Thailand: Analisis Penyebab dan Dampaknya
![]() |
Gempa Magnitudo 7,7 Guncang Myanmar dan Thailand: Analisis Penyebab dan Dampaknya |
Pada tanggal 28 Maret 2025, gempa berkekuatan magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar dan Thailand. Menurut analisis dari BMKG, episenter gempa terletak di koordinat 21,76 derajat Lintang Utara dan 95,83 derajat Bujur Timur dengan kedalaman 10 km. Meskipun pusat gempa berada di Myanmar, getarannya terasa hingga Thailand, menyebabkan runtuhnya salah satu gedung yang sedang dibangun.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dariono, menjelaskan bahwa gempa ini merupakan jenis gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas Sesar Besar Sagaing. Mekanisme gempa ini adalah mendatar (strike-slip). Sesar Sagaing membentang dari utara ke selatan Myanmar dan melintasi beberapa kota besar, seperti Mandalay, Sagaing, Naypyidaw, Bago, dan Yangon, sehingga meningkatkan risiko gempa di wilayah tersebut. Sesar ini merupakan bagian dari sistem tektonik yang membatasi lempeng India dan lempeng Sunda, menjadikannya sangat aktif secara seismik.
Gempa ini menjadi yang terbesar sejak 2012, dengan beberapa gempa besar sebelumnya tercatat pada tahun 1931, 1946, 1956, dan 2012. Getaran gempa dapat dirasakan hingga Bangkok, Thailand, disebabkan oleh fenomena vibrasi periode panjang (long vibration period). Fenomena ini terjadi ketika gelombang gempa dari sumber yang jauh direspon oleh tanah lunak di Bangkok, yang memiliki endapan sedimen tebal, sehingga membentuk resonansi yang berpotensi membahayakan gedung-gedung tinggi. Bangkok juga mengalami efek direktivitas, di mana energi gempa terfokus dalam satu arah.
Dariono menekankan bahwa gempa ini tidak berdampak pada wilayah Indonesia, karena sumber gempa di Myanmar dan Thailand berbeda dan jaraknya cukup jauh dari Indonesia. Ia juga menyatakan bahwa gempa ini tidak akan memicu aktivitas seismik di Indonesia.