Tradisi Ruwatan dan Wayang Golek Hangatkan Bulan Suro di Puri Mojokerto

Dihadiri oleh sejumlah tokoh penting | Poto; Cak Lubis Prapanca

Mojokerto – Dalam rangka memperingati bulan Suro, Tahun Baru Jawa dan Islam, Yayasan Tlasih Delapan Tujuh sukses menggelar pagelaran Wayang Golek dengan lakon "Durgo Ruwat Sudomolo". Acara yang berlangsung meriah ini dipadati oleh ratusan masyarakat dari berbagai lapisan, tidak hanya dari Mojokerto tetapi juga dari daerah lain. 10 Juli 2025

Pagelaran Wayang Golek ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Juli 2025, bertempat di Dusun Sumbertempur, Desa Sumbergirang, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.

Pembawa Acara AKBP(P) KRHT Tri Sujoko Brojo Dipura,SPd.,MPsi.Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, KPH Adipati Panembahan Pakoenegoro, Kadis Bakesangpol Drs Nugroho Budhi Sulistya M.Si, Kadispora Budpar : Norman Handito, Wakil Walikota Mojokerto Dr.Rachman Sidharta Arisandi S.IP, MSi, Dari KOREM Letkol Arm Indra, Danramil, Kapolsek serta Garda Walisongo Mojokerto Raya : Ahmad Mukhibudin Aminoto S.IP, Camat Narulita Priwiandini, S.STP, M.Med, dan berbagai tamu undangan lainnya. Lebih dari 300 orang memadati lokasi pagelaran, menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap seni tradisional dan ritual ruwatan.

Sinergitas Yayasan Tlasih 87 dengan DPC Garda Walisongo Mojokerto Raya. Pagelaran Wayang Golek dengan tema "Carito Durgo Ruwat Sudomolo" menjadi puncak acara, yang dibawakan oleh dalang kondang KRT. Singomunajat (Ki Seno Aji). Selain pagelaran wayang, acara ini juga menyertakan prosesi Ruwat Sukerto Sukerti yang dimulai sekitar pukul 23.00 WIB, diikuti oleh peserta dari berbagai daerah.


Tujuan dari prosesi Ruwat Sukerto Sukerti adalah untuk membuang segala kesialan atau nasib buruk (sukerto) dan memohon keselamatan serta keberkahan (sukerti). Dalam tradisi Jawa, ruwatan seringkali dilakukan pada bulan Suro sebagai bentuk pembersihan diri dan lingkungan dari energi negatif, serta sebagai upaya untuk mencapai keseimbangan hidup.

Suasana pagelaran sangat hidup dan penuh kekeluargaan. Masyarakat tampak antusias mengikuti setiap alur cerita yang dibawakan oleh Ki Seno Aji, serta khidmat dalam mengikuti prosesi ruwatan. Kehadiran berbagai pejabat dan tokoh masyarakat juga menambah semarak acara, menunjukkan dukungan terhadap pelestarian budaya adiluhung Jawa.

Pagelaran ini menjadi bukti nyata bahwa seni dan tradisi masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat, terutama dalam menjaga nilai-nilai luhur di tengah perkembangan zaman.