Notification

×

Indeks Berita

Ngaji Filsafat Jangan Terikat Oleh Siapapun dan Apapun - H.Ahmad Zulfikarnain Lubis,CHt.,CI.

| Editor: Margo Utomo | 14 May 2024 | Last Updated 2024-03-23T12:21:43Z


NEW JURNALIS - Ia yang punya paling banyak biasanya punya rasa takut kehilangan paling besar, kalau yang kamu miliki banyak takut kehilanganmu pasti lebih besar, ini nasehat buat kita hidup kita Jangan tergantung pada kepemilikan. Kalau hidupmu tergantung pada kepemilikan maka hidupmu akan diwarnai oleh rasa takut kehilangan. Kita akan sering menghubungkan diri kita dengan sesuatu luar diri kita dengan kata-kata memiliki atau kata-kata punya?


Harta juga begitu, Aku sekarang punya laptop ini laptop milik kulo Ya sudah kamu akan berhadapan dengan pada saatnya kamu akan kehilangan laptopmu, Oke sehingga kalau laptopmu error rusak kamu sedihnya luar biasa karena ini kemarin milikmu. Itu yang agamaa menasehati kita wanti-wanti Jangan tergantung apapun selain Allah karena pasti kamu akan takut dan akhirnya kecewa karena semua yang selain Allah pasti akan meninggalkanmu, jenisnya apapun, jadi kalau ingin hidup tenang kurangi keterikatan dengan apapun, harta keluarga anak istri dan lain-lain. 


Bukan berarti berarti enggak boleh dekatlah yang ngelarang dekat siapa? Jangan terikat, terikat itu nama lainnya tergantung biasanya mengujinya dengan kalimat kalau tidak Kalau tidak ada kamu hidupnya gelap, kalau tidak laptop ini aku nggak bisa, kerja kalau ndak ngerokok pikiranku pun itu ciri-ciri ketergantungan, begitu ada katanya kalau tidak berarti kamu tergantung, ada posses di situ dan punya potensi kamu kecewa dan kehilangan kecewa kehilangan rasa takut kumpul semua di situ.


Dinasehati oleh Leonardo Da Vinci maka yang paling gelisah kehilangan, Kalau harta yang orang kaya orang lo yang lebih kaya dia lebih takut kehilangan, sementara yang lebih gak punya apa-apa takutnya lebih sedikit mau takut kehilangan Abang nggak punya apa-apa. Makanya jangan mudah tergantung Terus 


Yang kedua ini kebalikannya ke selama ini kan kamu merasa bahwa kalau banyak mikir banyak salahnya, katanya loenardo kebalik justru kalau kamu jarak mikir kamu akan sering salah, Kenapa? kamu ndak terlatih berfikir jadi justru mendapat Kamu berpikir keliru Yo nanti diperbaiki berfikir salah ya nanti diluruskan dibenarkan berfikirlah terus enggak masalah, lama-lama kamu Bisa terlatih berpikir kritis berpikir benar berpikir lurus kalau kamu jarang berfikir akal otaknya jarang digunakan yo masih mudah tersesat dalam berpikir, jadi jangan takut berfikir Nanti kan banyak mikir banyak kelirunya Iya, tapi setelah di ruko akan ada perbaikan, tapi kalau kamu ndak pernah mikir kamu ndak tahu salahmu dimana? begitu saatnya kamu mikir kamu akan salah.


Jadi siapa yang berfikirnya sedikit justru punya potensi salahnya besar. jadi ndak usah takut berfikir berfikir saja berfikir itu fasilitas yang diberikan oleh Allah dan luar biasa Berpikir itu punya ciri kebebasan yang Hakiki ndak ada orang yang bisa dihalangi saat dia berpikir, kalau fisikmu bisa dihalangi bisa dipenjara bisa dicegah tapi kalau pikiran tidak, kamu ingin apapun kamu punya maksud apapun, kamu menggambarkan menjelaskan apapun kalau itu adegannya dalam pikiran tak masalah, disitu ada kebebasan maka berfikirlah.


Kemudian ada lagi gandengannya mikir itu ngomong, dia siapapun yang sudah tahu dengan pasti, biasanya tidak ada lagi kesempatan untuk teriak-teriak, orang yang masih ribut dengan kebenarannya biasanya dia masih belum terlalu yakin dengan kebenarannya, orang yang masih sibuk ingin menunjukkan salahnya orang lain, biasanya itu dilakukan dalam rangka menegaskan benarnya dirinya, kalau dia masih butuh ingin menegaskan benarnya dirinya sebenarnya Dia belum terlalu yakin dengan kebenarannya sendiri, kalau kamu sudah tahu kebenaran biasanya kamu tenang, ndak ribut pokoknya aku tahu sendiri, kok kamu mau ngomong apa terserah kamu, aku sudah ngerti yang sejati, tapi kalau kamu masih ribut masih pingin tahu salahnya orang lain di mana karena yang bener itu aku biasa ini masih butuh justifikasi dari kebenaran-mu yang terletak dalam salahnya orang lain. 



Nah ini kita harus hati-hati dengan kebenaran yang kita miliki karena kadang-kadang kita itu kan sibuk nyari kesalahan orang lain itu sebenarnya ciri bahwa kita belum terlalu yakin dengan kebenaran kita sendiri kalau kita sudah yakin mantep dengan kebenaran kita, biasanya kita ndak butuh lagi Penjelasan bahwa orang lain lebih buruk lebih salah dari kita, bahwa orang lain yang keliru dan kita satu-satunya yang bener, kamu yakin bener bahwa pilihanmu paling cocok atau kamu yakin bahwa di kampung ini yang paling ganteng aku misalnya, itu kamu kan sudah tenang tapi kalau kamu masih nyari perhitungan lebih jelek itu kan lebih jelek itu menunjukkan kamu nggak terlalu yakin dengan kegantengan mu, kami masih butuh untuk dijajar orangnya yang lebih jelek untuk menegaskan bahwa Kamulah yang paling ganteng, jadi ini boleh kamu jadikan rumus, bawah yang masih ribut untuk mencari Siapa yang salah Kemungkinan dia masih belum terlalu yakin dengan kebenarannya sendiri. 


Kalau dalam tradisi filsafat Islam ilmu kalam ada istilah sukuunun nafs ( ketenangan jiwa ) jadi diantara parameternya kebenaran itu sukuunun nafs, kalau kamu sudah nyampek pada Terminal kebenaran jiwamu tenang, sudah tahu aslinya Saya tenang sudah tapi kalau belum masih mencari-cari justifikasi pembenaran biasanya masih belum tahu. 


Jurnalis / Penulis : H.Ahmad Zulfikarnain Lubis,CHt,CI.,CPEM 


No comments:

×
KIRIM TULISAN? Disini